Tuesday 2 June 2015




Di pagi ini aku begitu kaget dengan datangnya sebuah sms dari sebrang lautan sana. Betapa tidak aku hari ini harus sampai di kantor pusat di Jakarta. Padahal masih ada lagi satu agenda yang masih belum terealisasi. Dan agenda inilah kunci pokok kunjungan kerja aku ke pulau Borneo ini.

Aku disini sudah dari kemarin pagi, ikut pesawat terakhir tujuan bandara Syamsudin Noor Banjarmasin dari Jakarta, dengan setumpuk tugas dari sebuah perusahaan perkebunan ternama di Indonesia. Sesampai di Banjarmasin aku langsung melaju kekota dengan julukan kota Seribu Riam. Capek memang, tapi ini kurasakan sudah terbiasa. Ya memang ini adalah resiko perkerjaan. Kerjaan dicari bukan kerjaan yang mencari. Jadi buat apa aku mengeluh kalau memag ini yang kucari, sebuah kesibukan. Aku sering juga mendengar dari sekian banyak orang “Ah santai ajalah gajiku kecil” atau “Kenapa aku ditempatkan di pedalaman seperti ini, sungguh tak adil, ah terserah aja yang penting aku di gaji, so masa bodoh kerjaan”.

Kalau semua seperti ini, mau seperti apa masa depan Negara tercinta kita ini. Yang jelas tindak KKN tidak akan hilang malah akan semakin melanglang buana, hahaha apa itu melanglang buana sok puitis padahal cuma bisa buat lotis dimakan habis, trus duit habis ya jadinya tinggal meringis.

Di dalam sebuah bus yang membawaku meluncur bagi terpedo kekota itu begitu tenang karena hari sudah malam dan mereka tertidur, yang paling jelas Cuma suara mesin mobil yang kurasa sudah cukup umur untuk pensiun. Jika saja manusia berkerja seperti halnya mobil yang kutumpangi ini, dia berkerja juga tepat waktu dan istirahat tepat waktu. Tua muda semua semangat. Tapi  kita memang bukan mesin, kita manusia yang bisa berfikir harusnya ya tau sendiri.

Teringat juga waktu aku sekolah dulu kulihat seorang guru yang sudah tua, tapi mempunyai dedikasi yang sangat tinggi. Beliau bapak Umar, begitulah kami memanggil beliau. Dia sederhana dan tidak mau meninggikan diri, bayangkan saja beliau memiliki beberapa gelar kesarjanaan, tapi kadang beliu dalam menuliskan identitas tak penah terlihat gelas kesarjanaan atau gelar megisternya. Jika kami bertanya, jawabanya diawali dengan senyum dan berkata “Nanti kamu juga akan mengetahuinya kelak!”

Jawaban itu sempat menjadi bahan perdebatanku dengan sahabat sekelasku dan sekamar dalam kosan ku. Kami bersi kukuh dalam argumen kami masing-masing hingga sampai-sampai ibu kos medatangi kami karena menurutnya sudah terlalu ribut dan haripun juga sudah larut.

“Pak Ferry!”
Sapa seorang karyawan ku tahu bernama Defa, yang membuyarkan lamunanku.

“Ya !” dengan nama sedikit kaget

“Apakah acara bias dilanjutkan kembali?”

“Oo, oke semuanya sudah siap?”  jawabku sambil kembali bertanya.
“Sudah pak” jawabnya singkat, setahuku dia memang banyak bicara, tapi ditanya masalah kerjaan. Dia merupakan pegawai yang paling berdedikasi.

“Oke kita lanjutkan, semoga selesai sebelum jam dua siang, karena aku harus sampai di Jakarta paling lambat malam ini.” Jawabku sambil beranjak menuju tempat pertemuan.

“ Oya tolong pesankan tiket untuk keberangkatan ku nanti!” lanjutku.

“Baik pak tapi bapak harus lewat palangka kalau hari ini harus sampai Jakarta.” Jelasnya.

“Urus saja yang penting aku harus sampai di Jakarta hari ini, terus jangan lupa juga oleh-oleh buat anakku yang kemarin kamu bilang itu!”

 “Baik pak biar karyawan kami yang mengurus.”

Semangatku terus terpompa mendengar pekerjaan lain telah menanti aku di Jakarta. Aku harus berhasil dalam tugas ini, karena percuma aku datang jauh-jauh tapi tidak membuahkan hasil. Percuma aku mendapatkan kepercayaan tapi aku sia-siakan. Dan aku berdo’a semoga pertemuan ini sangat berguna bagi kawan-kawan karyawan yang berada disini.

“Selamat berjuang kawan, demi negri kita tercinta ini.”

Demikian ucapan perpisahanku dengan mereka, dan aku pun langsung berangkat ke Jakarta melewati Palangkaraya. Dan akupun sampai di Jakarta jam delapan malam dan lansung disuguhi dengan pekerjaan yang lain dan aku harus berangkat ke Surabaya esoknya selama sehari.





Saturday 20 September 2014





“Apa yang akan aku lakukan hari ini?” itulah sebuah pertanyaan yang selalu aku latunkan setiap saat. Dan nyatanya sampai saat ini aku masih belum melakukan apa-apa. Sebenarnya aku tak mau seperti ini, tapi entahlah dari pagi hingga saat ini aku masih gak ada semangat untuk melakukan aktifitas sebagaimana mestinya. Ah apakah ini gara-gara kejadian kemarin, kenapa perasaan itu masih tersimpan didalam benak ini hingga aku tak bersemangat. Kejadian yang seharusnya tak meski terjadi itu terpaksa harus terjadi karena aku tak mampu menahan emosiku.
Aku sangat menyesal hari ini, harusnya saat ini aku merasa bahagia sebagaimana hari-hari yang lalu. Dan mungkin sekarang saatnya untuk mengakhiri semua, lupakan kemarin dan ku harus berjalan untuk menatap masa depan. Lalu apa yang ku lakukan untuk memulainya, apakah jalan-jalan, tau main dengan teman, emm…..sungguh masih sangat berat. Jika aku jalan-jalan nanti kalau ketemu dengan dia malah kambuh lagi, dan jika main dengan teman sapa tau ada yang nyingung em sama saja.
Ah nonton TV mungkin atermnatif yang terbaik untuk saat ini, siapa tahu ada ide-ide di sana. Seperti biasa cari canel yang biasa aku tonton untuk mendapatkan sebuah ide. Dan pas bener nih jam tanyang acara yang ku maksud. Dan sepertinya cocok dengan yang ada di angan-angan. Asik kayaknya, dan selesai acara segera ku langsung ketempat biasa aku kerja untuk menyalurkan segala imajinasiku. Ada kebahagiaan di sana dan aku mulai lupa akan kegalauanku semenjak kemarin.
Tak terasa sudah dua jam aku mengotak-atik sketa yang kurasa sudah sangat oke. Saya rasa sekarang tinggal finising saja. “selesai!” seruku dalam hati. Dan bersamaan dengan itu hpku bordering “siapa ni sms no baru?” “kak bisa gak kita ketemu? Bye Ema” begitu pesan singkat dari Ema. Ema adalah cewek yang kemarin aku sempat ada ksalah pamahan sehingga sampai beberapa waktu lalu aku jadi galau dan super galau.
Apa yang akan aku lakukan, hah kacau lagi ni fikiranku yang tadi dah mulai redup. Lama banget aku tak menjawab sms itu. Peperangan batin terus berkecamuk dalam diri ini, antara meniyakan atau menolak. Dan yang pasti jika iya aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi nantinya jika aku bertemu dengan dia, karena jujur hingga saat ini rasa itu masih belum bisa aku lupakan kejadian kemarin. Tapi jika aku katakana tidak makan akan terus berlarut-larut masalah ini. Besar harapan agar masalahku ini cepat dengan Ema cepat selesai dan dapat berhubangan baik lagi dengan dia.
Tak ku rasa lama banget aku memikirkan hal sepele ini hingga ku di kagetkan dengan dering hp yang kedua dengan reflek lansung ku buka sms tanpa sadar harus melihat terlebih dahaulu siapa yang mengirimkan pesan terbebut. “Kak, kakak  masih marah ya? Ya kalau tidak bisa tidak apa-apa mungkin lain waktu jika kakak berkenan. O iya ini no baruku. Maaf kalau mengganggu.” Tuhan apa yang harus aku lakukan? Oke aku harus aku harus ketemu dia. Tapi waktu ini kayaknya kurang cocok. “Hai Ema, maaf ya kakak  baru ada kerjaan tadi jadi baru bisa balas. Oke kita ketemu tapi kayaknya sekarang aku gak bisa nih. Bentar lagi aku jemput adikku di tempat les.” “ Nanti malam gimana?” lanjutny dengan cepat. Sejenak ku ingat janjiku dengan temanku yang baru dating dari Sumatra. “besok gimana nanti malam aku ada janji dengan Ega teman aku waktu ke Sumatra kemarin”. “Oya gak papa besok saja. Assalamu ‘alaikum”. “Ya maaf ya. Walaikum salam”
Ega adalah teman cewek yang pas kebeneran ketemu pada waktu kegiatan kuliah bulan lalu. Dia adalah asli orang Bengkulu dia kesini karena menengok kakaknya yang baru melahirkan beberapa hari yang lalu dan kebetulan rumah kakaknya tidak jauh dari rumahku.
Oke karyaku hari ini selesai aku tinggal mempersiapkan untuk nanti malam dan yang pastinya besok bertemu dengan Ema. Semoga pertemuan besok akan membuat hubungan kami membaik kembali. Amin.

Wednesday 3 September 2014


Notasi          Keterangan
%                 Persen, perseratus
∑                 Sigma

                   Akar  kuadrat
                   log Logaritma bilangan
| |                Nilai  mutlak
!                 Faktorial
P(n,k)        Permutasi k unsur dari n unsur
C(n,k)        Kombinasi kunsur dari nunsur
∪               Gabungan himpunan
∅               Himpunan kosong
∩                Irisan  himpunan

1.  Ketuhanan Yang Maha Esa
2.  Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4.  Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawarahan perwakilan
5.  Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

 Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan.
Dan perjuangan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia
dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan
Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur
supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya.
Kemudian dari pada itu, untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara
Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat dengan berdasar kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.

Thursday 17 April 2014



“Prit Prit prit” begitu hampir ku dengar tiap pagi ketika aku mau berangkat ke kampus. Dan setelah itu sebuah katu melintang di jalan bertanda kereta mau lewat. Aku sama seperti yang lain berhenti demi keselamatanku, buatku buat apa buru-buru toh aku selalu berangkat pagi dan aku tak pernah ketinggalan kuliah hanya menunggu kereta lewat. Lagian bagaimana cerita jika aku melanggar dan tiba-tiba kereta lewat, wah bisa-bisa namaku tercatat dalam daftar kecelakaaan di pintu rel ini gak lucukan. Lagi pula aku inikan mahasiswa malu dilihat orang dan dikatai “mahasiswa yang tidak tahu peraturan” dan juga mempermalukan nama kampus saja oleh tahu dari jaket yang sering ku pakai.
Tapi di temapat ini aku rasa adalah tempat yang paling tertip diantara pintu-pintu yang lain. Ya walaupun adasih satu atau dua orang yang nyelonong lewat tanpa mempedulikan keselamatan mereka, kalau akusih ogah banget yang seperti itu. Pikiriku dalam hat “ Hari gini gak tertip lalau lintas! Apa kata dunia?” hehe mirip iklan di TV aja. Dan di tempat ini pula merukan tempat yang paling aktif penjaganya. Karena ku dengar dari teman-teman kuliah yang kebetulan juga melewati pintu rel kereta, jika pagi gini penjaganya kadang ada kadang belum datang dan mereka pun harus ekstra hati-hati demi keselamatan mereka.
Hari berikutnya seperti biasa aku berangkat pagi, dan entah kenapa aku merasa kepingin sekali melihat siapa sih orangnya yang menjaga pintu ini. Karena selam satu tahun aku mondar mandir di sini belum penah tahu siapa yang menjaga pintu ini. Pagi itu aku sangat antusias sekali untuk tahu kaya apasih orangnya. Namun usahaku pagi ini sia-sia karena ketika aku lewat tidak ada kereta yang lewat entah apa mengalami keterlambatan atau malah sudah lewat yang ketinggalan. Tapi aku berusaha menoleh ke pos penjagaan namun sia-sia juga tidak ku dapati seorangpu disana, dalam fikirku mungkin ada di sebrang sana karena disini posnya ada dua yang letaknya saling berseberang. Namun ditempat itu juga tidak ada.
Aku sempat berfikir apa disini ada mesin otomatisnya untuk membuka dan menutup pintu ini. Anggapanku itu juga kuperkuat dengan pendapatku sendiri, soalnya tempat ini tidak pernah terjadi keterlambatan penutupan ataupun membukanya. Setelah itu aku langsung saja melajukan motorku ke kampus dengan setumpuk pertanyaan dan selalu ku jawab sendiri untuk membantahnya. Karena di motor hanya aku sendiri yang ada, karena teman yang dekat dan satu kampus dengan aku semua memakai motor sendiri bahkan ada yang mengendarai mobil.
Sesampai di kampus aku masih belum melepaskan fikiranku untuk penjaga pintu rel itu. Dan ketika sampai di perpustakaan aku berfikir lagi, “ Sepertinya tidak mungkin kalau itu otomatis sebab nyata yang ku dengar hapir setiap hari itu adalah  suara peluit bukan suara mesin.”  Pagi ini aku sungguh tidak konsentrasi pada buku yang sedang ku buka dan hendak ingin kulumat habis isinya hanya karena rasa penasaran terhadap penjaga pintu itu.
“Mas melamun saja, sampai aku datangpun aku dicuekin” suara itu sangat mengagetkan dan membuyarkan semuanya tentang penjaga itu selama beberapa saat.
“Mas, mikir apa sih jangan mikir cewek lain ya?” mendengar itu aku hanya senyum saja, dan akupun baru nyadar bahwa teman cewek aku datang dengan raut wajah yang tidak menentu karena tidak biasanya aku seperti ini. Memang sih dengan sesrius apapun dengan buku yang ku baca kalau dia datang di samping aku selalu menyapa “ Ee nonaku sudah datang”. Tapi dengan keseriusanku memikirkan siapa penjaga itu sungguh melebihi keseriusanku terhadap buku.
“E masih diam, senyum-senyum lagi.” Dengan nada sangat kesat terhadapku dan diapun langsung saja mau beranjak pergi dari sampingku. Dan untung saja sih aku sigap langsung menggapai tangannya dan menariknya duduk kembali di samping aku.
“Nona mas yang manis jangan ngambek dong!”
Aku langsung memceritakan apa yang sedang kualami dan apa yang sedang ku fikirkan. Dan siapa tahu juga dia bisa membantu memecahkan masalahku. Karena dia seorang cewek yang selalu membantu memecahkan sedikitnya banyaknya masalah yang sulit untuk aku pecahkan.
Setelah aku menceritakan semua yang tengah terjadi, kini dia sebaliknya yang tertawa. Belum habis aku memikirkan penjaga itu kini ada lagi satu pertanya dalam benakku. Sejenak aku melupakan penjaga itu dan beralih seorang cewek di sebelahku “Ah biar saja, malu mungkin dia dengan sikapnya tadi?” itu yang aku fikirkan terhadap cewek ini. Setelah kami ngobrol diapun juga turut berpendapat mungkin orang itu belum datang atau lagi sarapan di warung atau lagi kekamar kecil, atau bisa juga sedang memperbaiki alat-atat apa sajalah yang tak mungkin aku melihatnya.
Hari selanjutnya aku masih berniat ingin tahu siapa sebenarnya penjaga pintu ini. Dan pagi ini aku rasa aku tidak sia-sia dari kejauhan aku mendengar bunyi peluit itu, senang dan campur penasaran tentang penjaga itu. Aku mengambil jalur kanan untuk memastan aku jelas melihat jelas wajah orang tersebut. Dan lagi-laki kali ini aku tidak sia-sia aku berhenti paling depan bertepatann didepan penjaga itu. Kaget dan rasa tidak percaya dengan apa yang sedang aku lihat, ternyata yang menjaga pintu adalah seorang lelaki yang sudah sangat tua dan ku rasa umur bapak itu tidak luput tujuh puluh tahun. Aku tak berhenti memandangi wajah itu sungguh aku sagat terharu dengan bapak tua penjaga pintu itu. Aku mersakan rasa keiklasan dia dalam bekerja, nyata aku melihatnya dari raut wajah dan senyum dia saat menjalankan tugas yang dia emban. Dan aku sangat beruntung karena bapak itu menoleh kearahku dan memberikan senyuman yang sangat manis terhadapku, dengan perasaan sangat senang sekali aku membalas senyuman itu. Namun suasana itu tak berlangsung lama karena aku harus segera jalan, dan juga bapak itu akan bekerja untuk membuka kembali pintu itu.
Aku senang sekali,dan aku segera melaju ke kampus. Terjawab sudah segala pertanyaanku dan akupun ingin segera mencerikatan kepada Indra teman cewekku yang sempat mau marah hanya gara-gara masalah ini. Dikampus aku terpikiran lagi kenapa bapak setua itu masih tetap terus bekerja seperti ini. Kenapa tidak di ganti dengan yang lebih muda dan seharusnya bapak itu sudah pension dan tiggal anak mereka yang ganti merawat mereka.
Dengan pemikiran itulah aku berinisiatif memberikan sesuatu sebagai tanda terima kasih atas jasa-jasa beliau terhadap aku dan semua orang yang melintasi pintu tersebut. Karena hari ini hari sabtu aku pulang agak awal dari biasanya, dan aku biasanya kalau tidak ada kegiatan dikampus aku langsung pulan atau tidak menjelajahi isi perpustakaan dari pada keluyuran menghabiskan uang orang tua saja. Karena kulihat tak banyak dari mereka yang sambil berkerja, dalam artian mereka masih menadahkan tangan minta uang pada orang tua. Sebelum pulang aku menyempat diri untuk mampir dulu kesebuah toko untuk membelikan sebuah bingkisan terhadap bapak penjaga itu.
Setelah dapat apa yang aku inginkan sebagai oleh-oleh aku segera meluncur pulang dan sesamapinya disana aku tidak mendapati bapak itu, yang aku dapati seorang lelaki paruh baya. Yang nyata aku tebak bukan bapak yang yang tadi pagi. Aku berhenti di sana dan menghampiri bapak yang sedang berada di pos dengan duduk dan sepertinya pun melamun. Setelah aku ucapkan salam aku langsung saja menanyakan kemana bapak yang bertugas pagi tadi. Aku sangat kaget mendengar keterangan  dari bapak yang berjaga. Katanya beliau adalah tetangga dari bapak Ibrahim yang ku tebak adalah nama bapak yang menjaga pintu ini. Dari keterang beliau pak Ibrahim tapi pagi sekitar pukuldelapan mendadak sakit dan sekarang lagi dirumah sakit. Dari bapak ini pula semua pertanyaanku yang kurasa tak mungkin terjawab semua terjawab sudah. Beliau mempunyai satu orang anak tapi sudah meninggal dan dia hanya tinngal bersama cucunya  yang sekarang hamper lulus SMA. Kata beliau juga cucunya harus rajin sekolah agar menjadi orang yang berhasil dan tidak diperkenankan untuk bekerja. Namun cucunya tanpa sepengetahuan pak Ibrahin selalu bekerja untuk membantu beliau.
Setelah kurasa keterangan sudah semua kudapatkan aku bergegas pulang dan menitipkan bingkisan ini kepada pak Ibrahim. Aku langsung pulang dan dalam perjalanan aku selalu mendoakan agar pak Ibrahim segera lekas sembuh. Dan samai sekarang sampai sekitar setahu lamanya aku tak pernah mendapati pak Ibrahim lagi di pos penjagaan. Sekitar setengah tahu yang lalu aku melihat ada seorang pemuda yang berjaga dan akupun mengira bahwa dia adalam cucu dari pak Ibrahim.
Kurasa aku belum mau menguat siapa siapa pemuda itu biarlah itu dugaanku saat ini dulu. Ya bekerjalah terus dengan semangat kepada pemuda penjaga pintu rel kereta itu.

Wednesday 29 January 2014




Hari itu udara terasa sangat panas sekali, gerah yang begitu sangat kurasa. Memang hari begitu sangat cerah, matahari sepertinya menari-nari di atas sana. Tambah lagi ruangan kantor yang sangat pengap karena lama ditinggal libur oleh penghuni kantor. Dan hari pertama ini pun belum semua hadir dalam kantor karena ya lagu lamalah, kurang masa liburnya. Aku merasa bingun degan apa yang harus aku lakukan pada saat ini, kerjaan sudah banyak menanti tapi keadaan yang kurang mendukung sama sekali.
Belum juga hilang rasa panas karena memang mesin AC rusak, ada ajalagi yang lain baru saja menhidupakan mesin computer tiba-tiba listrik mati, ya gak tahulah tempat kerja memang sering sekali mati lampu tidak tahu juga penyebabnya apa. Selama aku menunggu listrik hidupkembali, aku bergegas ke almari tempat penyimpanan bekas. Lama aku di sana untuk mencari berkas yang meskinya harus aku selesaikan dalam minggu ini juga.
“ Ha ! banyak sekali ? katanya kemarin pak Yus bilang paling tinggal tiga sampai lima berkas saja kenapa ini masih puluh gini.” gerutuku dalam hati.
“ Ada apa mas, sepertinya bingung gitu?” Tanya salah seorang teman kantor, mungkin heran melihat aku lama berdiri dan memandangi setumpuk kerkas dalam tanganku.
“Eh, bu Sri! Ah gak bu ni Cuma heran saja, ini kok berkas yang belum selesai kok banyak sekali. Padahal kemarin sebelum liburan pak Yus hamper seharian di depan computer.” Jelasku.
“Yah, mas ni gimana? Ku lihat kemari pak Yus itu Cuma cetingan saja.”
“Yang bener bu?”
“Ya tanya ja tu mas Sisi, kayanya dulu dia yang paling jengkel  banget. Ya udah kerjakan saja daripada mas yang kena semprot bos!” lanjutnya dan langsung bergegas pergi sebelum ku memberikan tanggapan.
“Hem Payah!” gerutuku sambil jalan menuju tempat kerjaku untuk kembali melanjutkan kerjaaku yang tertunda karena listrik mati.
Sesampai di meja kerja ku aku langsung menhidupkan computer dan mulai kerja. Baru satu jam kerja computer ngadat aku berfikir kalau kena virus ya kayaknya tidak mungkin aku selalu memasang anti firus yang baru. Tapi memang kayaknya memang computer tang sudah usia lanjut karena dari pertama kantor ini berdiri belum ada pengantian sama sekali. Sebenarnya sih sering kali pegawai mengeluhkan masalah ini, namun tak satupun ditanggapinya. “Ya aku harus kerja pake computer siapa ini?” fikirku tak mungkin aku pinjam ke yang lain karena mereka juga sedang sibuk kerja. Akhirnya aku memanggil teman aku sekantor yang di bilang ahli dalam masalah-masalah yang berkaitan dengan computer. Dan yang ku tahu pula dia memiliki tempat servis computer yang dikelolanya sendiri selepas pulang kantor.
Computer beres aku mulai kerja lagidan tidak terasa waktu telah siang, dan waktu jugalah yang mempengaruhi perutku untuk segera minta jatah di isi. Aku segera menyimpan semua kerjaanku sebelum ku tinggal istirahat. Belum juga beranjak dari tempat duduk, telpon di meja aku berdering “ Sapa lagi?”
“Halo, selamat siang!”
“Selamat siang, gimana keadaan kantor?” suara dari dalam telpon yang kutahu itu adalah suara pak Beno bos dikantor ini.
“semua berjalan lancar pak.” Jawabku
“Oke, tolong berkas yang diselesaikan paling lambat lusa, saya baru bisa batang lusa karena saya masih di Bali.” Lanjutnya.
“Tapi pak, Bukanya besok bapak ada janji dengan bapak Samsu untuk masalah kerja sama dengan beliau.”
“Ya Itu biar saya yang urus, oke itu saja.”langsung terdengar  “Tut tut tut”  sebelum aku ucapkan salam.
Hah hilang sudah selera makan siangku, tapi aku harus tetap makan siang. Jangan hanya karena kerjaan memikirkan kerjaan yang kayak gini bisa menggangu kesehatanku. Aku berjalan seperti orang yang penuh dengan penderitaan saja, begitu kata teman sekantorku yang sedari aku masuk kantin melihatiku. Selesai makan aku aku langsung bergegas untuk pergi ke mushola untuk sembahyang.
Jam kerja mulai lagi namun aku sudah kerja sepuluh menit lebih awal dari jam normal, karena mengingat kerjaanku, sebenarnya sih bukan kerjaanku sendiri.  Pak Yus adalah adik dari pak Beno bos di kantor ini, jadi tak seorangpun berani menegurnya karena bos selalu membela. Yah sudahlah nanti juga dapat upahnya sendiri, begitu kataku dan teman-teman sekantorku. Mereka juga selalu memberikan dukungan ke aku dan agar selalu sabar. Yah sampai kapan sih menghapi bos yang semena-mena sperti ini, tidak pernah mau mengerti keluhan anak buahnya. Aku harus berusaha kerjaan ini harus kelar, tanpa Pak Yus aku bisa. Begitulah tekatku saat ini, kenapa tidak?  Lagian banyak sekali yang mendukung aku. Mereka bukan penghalang bagiku untuk semua ini.
Aku kini telah di pindah tugaskan karena prestasiku yang baik. Dan aku mendengar kini pak Beno di turunkan jabatanya dan pak Yus di pecat dari kerjaan karena ya ketahuan kerjanya yang tidak jelas. Aku juga turut bahagia sekarang teman sekantorku dulu mendapat bos yang jauh lebih baik dari pak Beno.