Wednesday 29 January 2014




Hari itu udara terasa sangat panas sekali, gerah yang begitu sangat kurasa. Memang hari begitu sangat cerah, matahari sepertinya menari-nari di atas sana. Tambah lagi ruangan kantor yang sangat pengap karena lama ditinggal libur oleh penghuni kantor. Dan hari pertama ini pun belum semua hadir dalam kantor karena ya lagu lamalah, kurang masa liburnya. Aku merasa bingun degan apa yang harus aku lakukan pada saat ini, kerjaan sudah banyak menanti tapi keadaan yang kurang mendukung sama sekali.
Belum juga hilang rasa panas karena memang mesin AC rusak, ada ajalagi yang lain baru saja menhidupakan mesin computer tiba-tiba listrik mati, ya gak tahulah tempat kerja memang sering sekali mati lampu tidak tahu juga penyebabnya apa. Selama aku menunggu listrik hidupkembali, aku bergegas ke almari tempat penyimpanan bekas. Lama aku di sana untuk mencari berkas yang meskinya harus aku selesaikan dalam minggu ini juga.
“ Ha ! banyak sekali ? katanya kemarin pak Yus bilang paling tinggal tiga sampai lima berkas saja kenapa ini masih puluh gini.” gerutuku dalam hati.
“ Ada apa mas, sepertinya bingung gitu?” Tanya salah seorang teman kantor, mungkin heran melihat aku lama berdiri dan memandangi setumpuk kerkas dalam tanganku.
“Eh, bu Sri! Ah gak bu ni Cuma heran saja, ini kok berkas yang belum selesai kok banyak sekali. Padahal kemarin sebelum liburan pak Yus hamper seharian di depan computer.” Jelasku.
“Yah, mas ni gimana? Ku lihat kemari pak Yus itu Cuma cetingan saja.”
“Yang bener bu?”
“Ya tanya ja tu mas Sisi, kayanya dulu dia yang paling jengkel  banget. Ya udah kerjakan saja daripada mas yang kena semprot bos!” lanjutnya dan langsung bergegas pergi sebelum ku memberikan tanggapan.
“Hem Payah!” gerutuku sambil jalan menuju tempat kerjaku untuk kembali melanjutkan kerjaaku yang tertunda karena listrik mati.
Sesampai di meja kerja ku aku langsung menhidupkan computer dan mulai kerja. Baru satu jam kerja computer ngadat aku berfikir kalau kena virus ya kayaknya tidak mungkin aku selalu memasang anti firus yang baru. Tapi memang kayaknya memang computer tang sudah usia lanjut karena dari pertama kantor ini berdiri belum ada pengantian sama sekali. Sebenarnya sih sering kali pegawai mengeluhkan masalah ini, namun tak satupun ditanggapinya. “Ya aku harus kerja pake computer siapa ini?” fikirku tak mungkin aku pinjam ke yang lain karena mereka juga sedang sibuk kerja. Akhirnya aku memanggil teman aku sekantor yang di bilang ahli dalam masalah-masalah yang berkaitan dengan computer. Dan yang ku tahu pula dia memiliki tempat servis computer yang dikelolanya sendiri selepas pulang kantor.
Computer beres aku mulai kerja lagidan tidak terasa waktu telah siang, dan waktu jugalah yang mempengaruhi perutku untuk segera minta jatah di isi. Aku segera menyimpan semua kerjaanku sebelum ku tinggal istirahat. Belum juga beranjak dari tempat duduk, telpon di meja aku berdering “ Sapa lagi?”
“Halo, selamat siang!”
“Selamat siang, gimana keadaan kantor?” suara dari dalam telpon yang kutahu itu adalah suara pak Beno bos dikantor ini.
“semua berjalan lancar pak.” Jawabku
“Oke, tolong berkas yang diselesaikan paling lambat lusa, saya baru bisa batang lusa karena saya masih di Bali.” Lanjutnya.
“Tapi pak, Bukanya besok bapak ada janji dengan bapak Samsu untuk masalah kerja sama dengan beliau.”
“Ya Itu biar saya yang urus, oke itu saja.”langsung terdengar  “Tut tut tut”  sebelum aku ucapkan salam.
Hah hilang sudah selera makan siangku, tapi aku harus tetap makan siang. Jangan hanya karena kerjaan memikirkan kerjaan yang kayak gini bisa menggangu kesehatanku. Aku berjalan seperti orang yang penuh dengan penderitaan saja, begitu kata teman sekantorku yang sedari aku masuk kantin melihatiku. Selesai makan aku aku langsung bergegas untuk pergi ke mushola untuk sembahyang.
Jam kerja mulai lagi namun aku sudah kerja sepuluh menit lebih awal dari jam normal, karena mengingat kerjaanku, sebenarnya sih bukan kerjaanku sendiri.  Pak Yus adalah adik dari pak Beno bos di kantor ini, jadi tak seorangpun berani menegurnya karena bos selalu membela. Yah sudahlah nanti juga dapat upahnya sendiri, begitu kataku dan teman-teman sekantorku. Mereka juga selalu memberikan dukungan ke aku dan agar selalu sabar. Yah sampai kapan sih menghapi bos yang semena-mena sperti ini, tidak pernah mau mengerti keluhan anak buahnya. Aku harus berusaha kerjaan ini harus kelar, tanpa Pak Yus aku bisa. Begitulah tekatku saat ini, kenapa tidak?  Lagian banyak sekali yang mendukung aku. Mereka bukan penghalang bagiku untuk semua ini.
Aku kini telah di pindah tugaskan karena prestasiku yang baik. Dan aku mendengar kini pak Beno di turunkan jabatanya dan pak Yus di pecat dari kerjaan karena ya ketahuan kerjanya yang tidak jelas. Aku juga turut bahagia sekarang teman sekantorku dulu mendapat bos yang jauh lebih baik dari pak Beno.

0 comments :

Post a Comment