Hari itu udara terasa sangat panas sekali, gerah
yang begitu sangat kurasa. Memang hari begitu sangat cerah, matahari sepertinya
menari-nari di atas sana. Tambah lagi ruangan kantor yang sangat pengap karena
lama ditinggal libur oleh penghuni kantor. Dan hari pertama ini pun belum semua
hadir dalam kantor karena ya lagu lamalah, kurang masa liburnya. Aku merasa
bingun degan apa yang harus aku lakukan pada saat ini, kerjaan sudah banyak
menanti tapi keadaan yang kurang mendukung sama sekali.
Belum juga hilang rasa panas karena memang mesin AC
rusak, ada ajalagi yang lain baru saja menhidupakan mesin computer tiba-tiba
listrik mati, ya gak tahulah tempat kerja memang sering sekali mati lampu tidak
tahu juga penyebabnya apa. Selama aku menunggu listrik hidupkembali, aku
bergegas ke almari tempat penyimpanan bekas. Lama aku di sana untuk mencari
berkas yang meskinya harus aku selesaikan dalam minggu ini juga.
“ Ha ! banyak sekali ? katanya kemarin pak Yus
bilang paling tinggal tiga sampai lima berkas saja kenapa ini masih puluh gini.”
gerutuku dalam hati.
“ Ada apa mas, sepertinya bingung gitu?” Tanya salah
seorang teman kantor, mungkin heran melihat aku lama berdiri dan memandangi
setumpuk kerkas dalam tanganku.
“Eh, bu Sri! Ah gak bu ni Cuma heran saja, ini kok
berkas yang belum selesai kok banyak sekali. Padahal kemarin sebelum liburan
pak Yus hamper seharian di depan computer.” Jelasku.
“Yah, mas ni gimana? Ku lihat kemari pak Yus itu
Cuma cetingan saja.”
“Yang bener bu?”
“Ya tanya ja tu mas Sisi, kayanya dulu dia yang
paling jengkel banget. Ya udah kerjakan
saja daripada mas yang kena semprot bos!” lanjutnya dan langsung bergegas pergi
sebelum ku memberikan tanggapan.
“Hem Payah!” gerutuku sambil jalan menuju tempat
kerjaku untuk kembali melanjutkan kerjaaku yang tertunda karena listrik mati.
Sesampai di meja kerja ku aku langsung menhidupkan
computer dan mulai kerja. Baru satu jam kerja computer ngadat aku berfikir kalau
kena virus ya kayaknya tidak mungkin aku selalu memasang anti firus yang baru.
Tapi memang kayaknya memang computer tang sudah usia lanjut karena dari pertama
kantor ini berdiri belum ada pengantian sama sekali. Sebenarnya sih sering kali
pegawai mengeluhkan masalah ini, namun tak satupun ditanggapinya. “Ya aku harus
kerja pake computer siapa ini?” fikirku tak mungkin aku pinjam ke yang lain
karena mereka juga sedang sibuk kerja. Akhirnya aku memanggil teman aku
sekantor yang di bilang ahli dalam masalah-masalah yang berkaitan dengan
computer. Dan yang ku tahu pula dia memiliki tempat servis computer yang
dikelolanya sendiri selepas pulang kantor.
Computer beres aku mulai kerja lagidan tidak terasa
waktu telah siang, dan waktu jugalah yang mempengaruhi perutku untuk segera minta
jatah di isi. Aku segera menyimpan semua kerjaanku sebelum ku tinggal
istirahat. Belum juga beranjak dari tempat duduk, telpon di meja aku berdering
“ Sapa lagi?”
“Halo, selamat siang!”
“Selamat siang, gimana keadaan kantor?” suara dari
dalam telpon yang kutahu itu adalah suara pak Beno bos dikantor ini.
“semua berjalan lancar pak.” Jawabku
“Oke, tolong berkas yang diselesaikan paling lambat
lusa, saya baru bisa batang lusa karena saya masih di Bali.” Lanjutnya.
“Tapi pak, Bukanya besok bapak ada janji dengan
bapak Samsu untuk masalah kerja sama dengan beliau.”
“Ya Itu biar saya yang urus, oke itu saja.”langsung
terdengar “Tut tut tut” sebelum aku ucapkan salam.
Hah hilang sudah selera makan siangku, tapi aku
harus tetap makan siang. Jangan hanya karena kerjaan memikirkan kerjaan yang
kayak gini bisa menggangu kesehatanku. Aku berjalan seperti orang yang penuh
dengan penderitaan saja, begitu kata teman sekantorku yang sedari aku masuk
kantin melihatiku. Selesai makan aku aku langsung bergegas untuk pergi ke mushola
untuk sembahyang.
Jam kerja mulai lagi namun aku sudah kerja sepuluh
menit lebih awal dari jam normal, karena mengingat kerjaanku, sebenarnya sih
bukan kerjaanku sendiri. Pak Yus adalah
adik dari pak Beno bos di kantor ini, jadi tak seorangpun berani menegurnya
karena bos selalu membela. Yah sudahlah nanti juga dapat upahnya sendiri,
begitu kataku dan teman-teman sekantorku. Mereka juga selalu memberikan
dukungan ke aku dan agar selalu sabar. Yah sampai kapan sih menghapi bos yang
semena-mena sperti ini, tidak pernah mau mengerti keluhan anak buahnya. Aku
harus berusaha kerjaan ini harus kelar, tanpa Pak Yus aku bisa. Begitulah
tekatku saat ini, kenapa tidak? Lagian
banyak sekali yang mendukung aku. Mereka bukan penghalang bagiku untuk semua
ini.
Aku kini telah di pindah tugaskan karena prestasiku
yang baik. Dan aku mendengar kini pak Beno di turunkan jabatanya dan pak Yus di
pecat dari kerjaan karena ya ketahuan kerjanya yang tidak jelas. Aku juga turut
bahagia sekarang teman sekantorku dulu mendapat bos yang jauh lebih baik dari
pak Beno.